Monday, May 19, 2014

Zanetti, Legenda, dan Akal Sehat Mazzarri



 


Dalam derby Milan beberapa waktu yang lalu, tifosi Inter marah luar biasa saat Mazzarri memutuskan untuk tidak memainkan Javier Zanetti dalam pertandingan tersebut.

Padahal, derby Milan itu seharusnya menjadi derby terakhir bagi sang Il Capitano. Pasalnya, musim ini menjadi musim terakhir Il Tractore bermain di Inter Milan, dan akan gantung sepatu sebagai pemain.

Apalagi ketika hasil pertandingan derby berakhir dengan kekalahan bagi Inter. Seolah-olah dosa Mazzarri menjadi semakin banyak, dengan tidak menghormati budaya klub yang tidak memainkan Zanetti dan memberi luka yang sangat dalam dengan kekalahan dari saudara sekotanya itu.

#MazzarriOut bergema di sebagian tifosi Inter di seluruh dunia.

Seperti yang sudah gw sebutkan pada awal musim ini tentang Mazzarri, dia adalah pelatih yang bertangan dingin. Tidak perduli status pemain itu seperti apa, yang penting taktik dan strategi itu dimainkan dengan baik oleh pemain hingga menghasilkan kemenangan. 

Sekali lagi tifosi Inter seperti sebal dengan keputusan Mazzarri, pertandingan selanjutnya setelah derby Milan adalah melawan Lazio, pertandingan yang menentukan untuk mengejar posisi 5 di klasemen. Yang berarti, lolos ke liga Europa, suatu hal yang dirindukan tifosi Inter.


Dilema bagi Mazzarri, dia butuh kemenangan untuk mengantar Inter lolos ke liga Europa. Tapi dia juga ditekan dari sana-sini untuk menurunkan Zanetti dalam laga terakhirnya di Giuseppe Meazza.
Dan, pada starting line up nya Mazzarri masih enggan untuk menurunkan Zanetti. Tifosi Inter di stadion memaki-maki Mazzarri sejak awal pertandingan vs Lazio. Pada menit kedua, Inter kebobolan. "F*ck Mazzarri", kata tifosi Inter. Mazzarri masih bergeming, dia seperti biasa menunjukkan wajah mafiosonya di pinggir lapangan, sambil "curhat" dengan Nicolo Frustalupi, asistennya. Seperti tersentak untuk memberikan yang terbaik untuk sang kapten, hampir seluruh pemain Inter di lapangan berjuang mencari gol. Akhirnya, Palacio mencetak gol pertama dan Icardi mencetak gol kedua. Pemain Inter mempersembahkannya untuk Zanetti, berlari menuju Zanetti untuk memeluknya. Kemudian Palacio mencetak gol ketiga sebelum babak pertama berakhir. Tifosi Inter bersemangat berharap Zanetti bisa bermain di babak kedua. 


Dan babak kedua dimulai, masih saja Zanetti belum dimasukkan dalam pertandingan. Tifosi Inter seperti tidak rela untuk melihat legenda Inter tersebut tidak bermain dalam akhir karirnya. Namun, akhirnya Zanetti masuk menggantikan Jonathan pada menit ke-52. Giuseppe Meazza bersorak!


#JZ4ever menjadi trending topic di media sosial.

Zanetti yang mengawali karirnya di Inter pada tanggal 27 Agustus 1995 melawan Vicenza, bermain untuk terakhir kalinya di hadapan Interisti di Stadio Giuseppe Meazza. Setiap kali Zanetti memegang bola, stadion bergemuruh dan terharu seperti tidak rela bahwa legenda Inter tersebut akan pensiun sebagai pemain.

Puncaknya saat seorang Interista masuk ke lapangan untuk memeluk Zanetti, Il Capitano memeluknya sambil mengantarnya ke luar lapangan, disitu terlihat Interista itu menangis seperti memohon agar JZ4 membatalkan rencananya untuk pensiun.


:'(

The last match in Giuseppe Meazza for Javier Aldemar Zanetti.

Pertandingan berakhir untuk kemenangan Inter 4-1 Lazio. Puja puji untuk Zanetti, dan pemain-pemain yang bermain bagus di pertandingan itu. Handanovic yang luar biasa, Ranocchia yang solid, Hernanes yang kokoh di tengah lapangan, Kovacic yang menjadi otak permainan inter, Palacio dan Icardi yang mencetak gol.

Namun, tak ada pujian bagi Mazzarri, pelatih yang terlihat temperamen tersebut langsung menuju ruang ganti setelah pertandingan berakhir. Bahkan sejak Zanetti masuk, Mazzarri terlihat sudah tidak peduli dengan pertandingan tersebut.

Setelah kemenangan tersebut, Inter dinyatakan lolos ke liga Europa setelah poin di klasemen tidak terkejar lagi oleh posisi di bawahnya.

Masih belum ada puja-puji untuk Mazzarri.

Ada satu pertandingan lagi untuk Inter melawan Chievo. Mazzarri memutuskan untuk memberi kesempatan untuk para veteran dan pemain pelapis untuk bermain sejak menit awal. 

Hasilnya? Inter kalah 1-2 atas Chievo. Pertandingan terakhir yang kurang menyenangkan bagi Cambiasso, Zanetti, Samuel (tidak bermain), dan Milito.

Mazzarri seperti berkata, "Hey, jika ini tim yang kumainkan sejak awal saat melawan Lazio, maka liga Europa hanya angan-angan". 

Iya. Mazzarri lah yang sebenarnya orang yang memiliki akal sehat untuk memenangkan Inter. Mengalahkan nostalgia dan nilai sentimentil untuk mengejar target.

Jika saja Inter kalah melawan Lazio, maka laga melawan Chievo pun tidak akan pernah ada untuk pemain veteran dan pemain pelapis.

Jika saja Inter memainkan Zanetti dan pemain veteran lainnya saat melawan Lazio, bukan tidak mungkin Inter keteteran meladeni gaya bermain Lazio.

Nostalgia dan nilai sentimentil memang penting bagi tifosi. Namun jika hanya mengandalkan k(em)enangan di masa lalu, apakah bisa menang (lagi)?

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, Zanetti dan pemain veteran lainnya mungkin masih bisa bermain dengan tempo tinggi sepakbola masa kini, namun setiap awalan pasti ada akhirnya.

Gw sangat mengagumi Javier Zanetti, yang menginspirasi gw untuk bermain sepakbola sebagai bek / wing kanan. Stamina, dribbling, dll pernah gw tiru dalam permainan gw.

Namun, jika melihat permainan Zanetti musim ini yang hanya bermain 12 kali. Zanetti belum bisa mencapai performa terbaiknya setelah dilanda cedera yang menghantam Tendon Achilles nya hingga harus menepi selama 6 bulan. Sedih memang, tapi Zanetti masih bisa memberikan yang terbaik bagi Inter dalam dua pertandingan terakhir.

  


Grazie Il Capitano! #JZ4ever

Mazzarri, keep your common sense to make Inter win in every game next season


Forza Inter!